Senin, 10 Oktober 2016

#BatikIndonesia Dalam Perjalananku Menuntut Ilmu

Batik adalah penanda.
Dulu waktu aku SD di Tasik, batik adalah penanda hari Kamis. Di hari itu kami memakai seragam batik.
Warna dasarnya kuning krem gitu lah, gak tahu ntah apa namanya. Terus coraknya make warna yang sama, cuma agak tua. Konsentrasi warna merah nya lebih banyak.

Lalu waktu SMA di Bandung, gantian, batik menandakan hari Sabtu.
Sekolah kami memilih biru sebagai warna dominan.

Selain sebagai penanda hari, batik juga bisa menunjukkan siapa kita, maksudku sekolah di mana.
Kebetulan aku Katolik. Di Bandung ada organisasi di bawah Keuskupan Agung Bandung yang mewadahi murid Katolik untuk berkumpul. Tepatnya mereka-mereka yang bersekolah di SMA negeri atau swasta non-katolik. Namanya KSK. Keluarga Siswa-Siswi Katolik.

Apabila ada kegiatan di hari Sabtu, maka KSK jadi ajang fashion show.
Masing-masing dari kami memakai seragam batik dengan corak yang berbeda. Bagus-bagus loh.
Aku pribadi sih lebih suka motif anak 5. Selain motif, yang bagus dari batik SMA 5 yaitu kainnya, lembut. Nggak kaku kayak sekolahku, SMA 1.
batik SMAN 1 Bandung

Sebenarnya, ada yang salah sih dengan apa yang udah aku paparin di atas. Pada penggunaan kata 'batik'.
Salah, kalau merujuk pada arti 'batik' yang sebenarnya.
Di KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikatakan batik adalah kain yang cara atau proses pengerjaannya menggunakan malam.

Nah,
Sementara, kain yang dipakai buat ngejahit seragam hari Sabtu kami itu kayaknya gak menggunakan malam.
Jadi, batik yang aku maksud di sini adalah motifnya. Kain yang punya motif seperti yang ada di kain batik pada umumnya. You know, liukan-liukan garisnya. Paham kan sayang? :D
Tapi aku susah nemuin kata yang pas karena udah terlanjur biasa make kata 'batik' dengan arti yang salah.

Tidak ada komentar: